Teladan

Aldy istanzia wiguna
2 min readJun 14, 2024

--

Haji Agus Salim dan keluarga (sumber : pwmu.co)

Hari-hari sudah kita hitung bersama gerak yang lamban namun maju. Bersama sunyi yang riuh tapi mengembara. Lalu melihat ragam nama dengan kisahnya masing-masing. Ragam rupa dengan jalannya yang panjang dan lengang. Atau ragam cerita yang padanya kita akan saling menautkan diri sembari menggambar hari-hari panjang yang telah kita hitung di belakang.

Hari ini, kita sedang merindukan banyak nama untuk kembali dalam pentas perjuangan. Hadir menjadi simpul sederhana tentang gerakan mengembalikan marwah dan khittah. Hadir untuk menjadi kekuatan baru ketika wajah keriput ibu pertiwi sudah mulai nampak. Ketika kuasa, khianat dan segala macamnya mengubah rupa ibu pertiwi dalam waktu sekejap. Kita akan tetap melangkah beriringan. Menatap dan melihat lebih dekat bagaimana manusia-manusia besar itu berkiprah. Menjalani hari, berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya. Menjaga sikapnya dengan menegakkan kejujuran tanpa embel-embel ini dan itu. Atau tetap berpenampilan sahaja sebagaimana rakyat pada umumnya. Mereka ada dalam kisah sederhana republik ini. Tercatat rapi dalam ingatan ragam manusia dan sanubari bangsa. Dari perdana menteri berjas tambal, menteri luar negeri yang rumahnya di kontrakan, atau istri menteri yang berjualan sukun goreng. Semua kisahnya nyata dan teladan mereka adalah pelajaran berharga untuk mereka yang diamanahi sebagai bagian kecil dari ibadah panjang atas nama memimpin dan dipimpin.

Para manusia besar dengan jiwa seluas samudera ini hadir bukan sekadar hadir. Mereka tidak hadir dengan gincu ini dan itu. Mereka hadir sebagaimana manusia biasanya yang kelak hadirnya mereka menjadi pribadi-pribadi yang nafii’un li ghairihi atau pribadi yang bermanfaat bagi sesamanya. Pribadi-pribadi teguh yang darinya cermin dan simpul Islam sebagai rahmah yang mengalirkan banyak kebaikan, kebermanfaatan dan kemaslahatan bagi semesta. Mereka tidak pernah menjadikan Islam sebagai alat namun sebagai tujuan dalam menghadirkan ragam kebaikan, kebermanfaatan dan kemaslahatan itu. Mereka menjadi saksi bagaimana teladan itu hadir dari hulu sampai hilir. Dari guru yang mengajari mereka sampai mereka sendiri yang menghadirkan teladan-teladan hebat manusia besar. Nama mereka mungkin tak utuh dicatat sejarah, namun setiap derap langkah teladan mereka adalah jalan sejarah yang mencatat nama mereka utuh di sisi-Nya, sebagai hamba yang sampai kapanpun tetaplah hamba.

2024

--

--

Aldy istanzia wiguna
Aldy istanzia wiguna

Written by Aldy istanzia wiguna

Seorang pembaca payah. Saat ini beraktivitas di Pusaka Pustaka, perpustakaan sederhana yang sedang dirintisnya.

No responses yet