Natsir

Aldy istanzia wiguna
3 min readJul 10, 2020

--

Pak Natsir dan Pak Latief Muchtar

Selalu ada irama kerinduan yang syahdu ketika nama ini disebut dalam kidung doa atau ragam helatan bersejarah atas kontribusi terbaiknya bagi umat dan republik terkasih ini. Nama yang sejatinya lahir, tumbuh dan bergerak dari rahim Islam. Bertumbuh bersama A Hassan sang guru utama Persatuan Islam, menjadi pioneer dan penggerak dari gerak Pendidikan Islam (Pendis) yang menginspirasi sang guru menghadirkan Pesantren Persatuan Islam hingga ratusan jumlahnya sampai detik hari ini. Bertumbuh bersama Jong Islamieten Bond dimana Haji Agus Salim menjadi guru utamanya dalam bidang politik juga soal-soal kesederhanaan yang kemudian menjadi kunci dari setiap gerak langkah dan kontribusi besarnya untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin serta demi tegaknya Islam di republik terkasih ini.

Ya, lelaki sederhana yang namanya menjulang hingga ke berbagai penjuru bangsa. Lelaki yang kisah baju tambalannya membuat heran sekaligus haru seorang Indonesianis seperti George Mc Turman Kahin. Lelaki yang kemudian namanya selalu disebut-sebut ketika proklamasi kedua republik yang dikenang dengan Mosi Integral tetap dirayakan meski tidak sesemarak perayaan proklamasi pertama di 17 Agustus 1945. Tapi, nama dan gerak keteladanannya adalah syahdu hingga hari-hari paling kritis sekarang. Ia banyak dirindu, meski dulu banyak yang kurang suka terhadapnya. Ia banyak didamba, meski dulu gerak langkahnya sempat dihentikan hanya karena silang sengketa atau bersilang jalan dengan mereka yang sama-sama berjuang demi tegaknya marwah bangsa di pentas dunia.

Lelaki ini memang syahdu namanya. Jas tambalannya, kisah sederhananya, kisah darmabaktinya dan segala tentangnya adalah keteladanan. Ia yang pernah menjadi wakil ketua umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam. Ia yang pernah menjadi anggota Majelis Penasehat Persatuan Islam bersama sang guru A Hassan dan Fakhruddin Al-Kahiri, sahabatnya. Ia yang pernah menjadi ketua sekaligus pendiri Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia. Ia yang seorang kutu buku dengan tingkat kepedulian terhadap umat dan regenerasi kader dakwah. Ia yang tidak pernah telat datang ke kantor Dewan Dakwah. Ia yang dikenang sebagai komandan terbaik dalam mengarahkan umat menuju jalan gemilangnya sebagaimana tuturan Ustadz Abdullah Hehamahua, sang murid. Katanya, pemimpin dengan visi dan misi yang dipunyai, berada di depan membawa bawahannya ke pintu gerbang tujuan perjuangan. Fungsi utamanya, memberi arah, perintah, dan tujuan yang harus dilalui dan diikuti seluruh bawahannya. Untuk itu, dia harus berada di depan sebagai teladan sekaligus siap menerima segala risiko, baik berupa penderitaan fisik, psikis maupun nyawa.

Baginya, tak ada jalan lain selain memperjuangkan Islam dengan sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan. Tak boleh ada jeda apatahlagi berleha-leha. Dalam getar dadanya, dalam gerak langkahnya, Islam adalah jalan hidup serta pandangan paling lapang tentang bagaimana seharusnya umat tetap berperan di garda paling depan. Tentu dengan kadar dan kemampuannya masing-masing. Sebab pada akhirnya, jalan dakwah adalah cinta yang akan merenggut segalanya dari kita. Sampai langkah, pikiran bahkan tidur kita semua tentang dakwah dan umat yang dicinta. Semua tentang bagaimana mewujudkan janji Allah hingga umat akhir zaman ini dapat kembali menjadi khairu ummat sebagaimana janji Allah dalam surat-surat cinta-Nya. Dan Pak Natsir telah membuktikan jalan itu. Ia ikhtiarkan agar tiga soko guru umat ini dapat terus berperan aktif dalam memberdayakan juga menguatkan jalan perjuangan. Ya, apalagi kalau bukan pesantren, mesjid dan universitas sebagaimana tertuang dalam buku KHITTAH DAKWAH ISLAM INDONESIA yang disusunnya bersama kader-kader terbaik Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia.

Semoga segenap keteladanan dan ikhtiar panjangnya mewujudkan kebaikan serta kebermanfaatan atas Islam dan kaum muslimin di republik ini menjadi jariyyah tak berkesudahan yang kelak melapangkan jalannya menuju keridhaan dan surganya Allah kelak di yaumil akhir. Aamiin ya Rabbal Aalaamiin.

2020

--

--

Aldy istanzia wiguna

Seorang pembaca payah. Saat ini beraktivitas di Pusaka Pustaka, perpustakaan sederhana yang sedang dirintisnya.