Buah Lezat Itu*

Aldy istanzia wiguna
2 min readJan 16, 2020

--

Sumber Foto : Ust. Amin Mukhtar (Sigabah Kreativa)

Pada akhirnya, setiap yang bernyawa tentu akan berjumpa dengan batas hidupnya. Berjalan di sepanjang keterasingan ketika kemudian berhadapan dengan hidup yang senyata-nyatanya dan abadi seabadi-abadinya. Keterasingan yang dulu dirasa. Keterasingan yang dulu hanya sekadar bahan bacaan juga ujaran dari para guru kini hadir dan nampak begitu indah di pelupuk mata. Keterasingan yang kemudian menyadarkan bahwa tidak ada tempat paling indah selain berpulang ke pangkuan-Nya. Menghadapkan setiap amalan shalihan juga khidmat yang dulu pernah dirasa berat meski di satu sisi ada kebahagiaan yang buncah dirasakan. Mengalirkan keberkahan tanpa jeda dalam panjang doa-doa yang tak kunjung usai dirapalkan. Harap untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat sebagaimana bunyi doa dalam surat Al-Baqarah itu. Keterasingan yang kini mendekat seiring tunainya tugas seorang Izrail memisahkan kehidupan dunia dari dia yang telah tiba masanya untuk bergegas mempertanggungjawabkan apa-apa yang telah dilakukannya.

Maka, pada setiap perjalanan selalu ada rekam jejak yang ditinggalkan. Entah jejak kebaikan atau jejak keburukan. Semua begitu nampak dan nyata. Semua tak lagi semu seperti ketika perjalanan demi perjalanan panjang dilalui seiring berkurangnya umur. Begitu juga ketika ia mendekat dan menyapa tanpa mengenal ruang dan waktu, tanpa kenal muda atau tua, tanpa kenal shalih atau durhaka dan bila sudah waktunya seperti yang telah digariskan-Nya di Lauhul Mahfudz, maka ia akan terjadi. Dan kini, buah-buahan lezat itu telah menemukan para penikmatnya. Tak ada lagi saripati ilmu dari buah-buah lezat itu ketika kemudian Allah mencabutnya dengan cepat. Buah-buah lezat yang dulu pernah kita simak dari para guru kini telah kembali dengan begitu mempesona. Hadir pada bayang-bayang penuh tanda ketika iring-iringan pengantar begitu menyejukkan mata atau kala shalat jenazah berkali-kali dilaksanakan. Dan ini kemudian menjadi semacam penanda sederhana bahwa tugas menggantikan telah tiba. Kita yang ditanam sedari awal tentu diharap bisa dipetik seperti mereka di waktu masih ada. Menjabarkan tiap pengetahuan yang didapat hingga menjadi semacam jariyyah tak berkesudahan. Sebab ada masanya ketika buah-buah lezat itu usai dinikmati, kita akan bertanya pada pohon mana lagi kita akan memakan buah-buah lezat dan nikmat seperti itu. Wallahu a’lam bish shawab.

2019

*judul tulisan ini diambil dari tulisan Ustadz Ad-Dailamy Abu Hurairah

--

--

Aldy istanzia wiguna

Seorang pembaca payah. Saat ini beraktivitas di Pusaka Pustaka, perpustakaan sederhana yang sedang dirintisnya.