Bismillah

Aldy istanzia wiguna
3 min readSep 30, 2021

--

Ilustrasi

Dengan mengucap atas nama-Nya, kita berharap segala kebaikan hadir melingkupi hari-hari kita yang begitu panjang. Hari dimana musim-musim tetap tersenyum, matahari terbit dengan rekah cahayanya yang sempurna dan terbenam begitu syahdunya. Melipat sekian banyak jarak jauh menjadi begitu dekat, lalu saling melepaskan seolah kita ditakdirkan untuk sama-sama mendekat. Pada akhirnya, bismillah adalah awalan yang saling sambung menyambungkan dengan beribu pengharapan pada pagi sempurna meski dada sesak dengan segudang himpitan masalah atau apapun yang membuatnya kini menjadi resah.

Bismillah, kita memulai hari dengan asas-asas kebaikan. Menjadi pribadi baru di hari baru yang mungkin esok atau satu jam mendatang tidak akan pernah bisa kita tahu akan terjadi apa nanti. Tapi, ketika kita libatkan Allah sebagai jalan untuk menempuh segala dakian juga tempuhan, maka padanya simpul-simpul kebaikan akan tetap hadir. Menjadi penguat atas kelemahan dan kerapuhan diri yang seringkali dibuat cemburu oleh mereka yang sanggup menjadi pribadi-pribadi dekat dengan-Nya. Pribadi yang tiada pernah berkurang atau merasa paling ketika di hadapan-Nya sama-sama merasa sama. Pribadi-pribadi sederhana yang hadir dengan alir kebermanfaatan tanpa tepi. Pribadi yang padanya kita belajar tentang bagaimana kesungguhan menjadikan bismillah sebagai awalan memulai hari. Diurapi beragam doa ketika semembentang makna adalah kedahsyatan luar biasa yang sama-sama merangkul juga mengayomi hidup paling tidak mudah ini. Menjelma simpul-simpul kesyahduan di tengah kesulitan menyelesaikan sederet persoalan hidup. Pada bismillah, kita tengah menyimpulkan rasa. Menyatukan ikhtiar untuk tetap berada pada satu suara, satu usaha hingga satu rasa mewujudkan sakinah berjama’ah dan berjam’iyyah sebagaimana pernah kita cita-citakan bersama. Simpul yang kemudian sama-sama menguatkan ketika pada lembaran kalimat dan kata yang tak pernah lelah disusun, kita pernah menitipkan harap atas nama-Nya untuk satu ikhtiar merubah generasi pelupa menjadi generasi yang sampai kapanpun hatinya akan tertaut kepada kebaikan-kebaikan.

Seperti ayat iqra bismirabbik yang diturunkan Allah kepada baginda Nabi di tengah situasi yang membuat segala sesuatu yang musykil menjadi mungkin. Ketika baginda Nabi merasa tidak layak menerima amanah besar kerasulannya di tengah gelita Gua Hira. Menyambung lalu membiarkan tubuhnya kegigilan lantas meminta diselimuti sang terkasih ummul mukminin Khadijah puteri Khuwailid. Lalu dengan penuh seluruh, Khadijah yakinkan bahwa sang kekasih tengah menerima kebaikan yang tidak salah alamat. Ia percaya bahwa lelaki yang namanya selalu dipuji dan terpuji di langit dan di bumi adalah lelaki tepat untuk menerima tanggung jawab besar itu. Ya, tanggung jawab memimpin umat serta menyampaikan risalah kebenaran dari-Nya. Dan lagi-lagi kalimat sederhana berbunyi iqra bismirabbik menjadi satu penanda sederhana tentang generasi gilang gemilang yang kelak dilahirkan daripadanya hingga memenuhi seluruh bumi ini dengan pendar cahaya gilang gemilang peradaban Islam yang akan menyelamatkan setiap ibadah umat dalam tuntunan-Nya.

Maka dengan bismillah, kita akan memulai hari-hari panjang ini. Hari yang ujungnya hanya kematian yang bisa mempertemukan kita. Hari dimana segala ikhtiar dan daya upaya telah dikerahkan agar diri hina dina ini masih layak disebut hamba oleh-Nya meski niat di dada tidak pernah berjumpa kata lurus dan hanya jumpa dengan bengkok, bengkok dan bengkok. Tapi, dengan ikhtiar kuat dan bismillah yang terazzam di dada, kita akan tetap langkahkan kaki menyambut jalan-jalan para pemberani untuk menikmati keindahan serta kenikmatan surga yang tidak akan pernah dijumpai sekalipun tualang demi tualang yang kau lakukan temukan gunung terindah, alam termewah atau apapun yang kemudian membuat dirimu merasa telah mampu mencapai segalanya, meski ada yang berantakan dari ikhtiarmu untuk mendekat dengan-Nya apatah lagi mencapai kata layak untuk disebut meski hanya sekadar hamba-Nya. Ya, panggilan alakadar yang seharusnya getarkan iman di dada, lalu utuh menjadi amal-amal kebaikan sebagai perbekalan menuju pendakian paling berat, pendakian menuju alam keabadian yang tiada satu pun anak manusia yang sanggup menolong dirimu di hari-hari mencekam. Hari dimana balasan atas segala tingkah laku dan perbuatan kita selama di dunia akan dibalas. Entah berbuah nikmat atau justru sebaliknya.

Maka, bismillah adalah pengemudi hati. Yang akan membawamu pergi menuju tempat-tempat terindah selama hawa nafsumu bisa diredam untuk tetap memantaskan diri sendiri di hadapan Yang Maha Menguasai Segalanya. Aamiin.

Perpustakaan alit, 01 Oktober 2021

--

--

Aldy istanzia wiguna

Seorang pembaca payah. Saat ini beraktivitas di Pusaka Pustaka, perpustakaan sederhana yang sedang dirintisnya.