Bertahan
Ada yang mesti dipertahankan habis-habisan, ada pula yang mesti dilepaskan dengan sukarela hingga di hari kemudian ia yang dipertahnakan dan yang dilepaskan tak menjadi beban untuk dijalani. Menjadi semacam kekuatan yang kelak saling meneguhkan hingga meyakinkan masing-masing diri untuk kembali bertafakur dan bermuhasabah kepada tiap panjang perjalanan dan perjuangan yang telah dilewati bersama. Melangkah dalam satu irama yang sama ketika gerak demi gerak saling menguatkan satu sama lain. Atau sesekali kita membayangkan betapa tidak mudah menjadi seperti mereka dalam keadaan hingga kondisi yang hampir menghancurkan ragam mimpi kita. Atau alasan-alasan sederhana yang menjerumuskan kita kepada isyarat agar syukur tak perlu dijelaskan di sepanjang perjalanan juga keinginan-keinginan kita dalam menggapai beragam cita dan harapan.
Bertahan bukan soal menyerah atau hendak istirahat sebentar. Bertahan pada hakikatnya adalah mencoba mengikhtiarkan apa yang sudah diikhtiarkan agar tetap ada dalam ritme perjuangan. Bertahan semacam jawaban ketika keputusasaan dan tanda-tanda hendak menyerah mulai hadir dikala ujian dan cobaan tak pernah usai menempa kita untuk menjadi pribadi-pribadi tangguh. Bertahan di tengah kondisi yang serba sulit dan tidak memungkinkan seperti hari-hari kita ini adalah upaya untuk mengembalikan ritme hidup yang berubah sekian puluh balikan. Ritme yang tiba-tiba runtuh semenjak ia menyapa satu tahun ke belakang. Ritme yang mendadak berhenti semenjak banyak orang akhirnya rubuh dan runtuh terhadap ia yang tak terlihat. Dan ritme yang tak pernah lagi terlihat begitu menyenangkan semenjak keadaan menjadi kian mencekam dan menakutkan untuk sekadar dihadapi dengan cara pahlawan dan pejuang mempertahankan kemerdekaan diri.
Sejatinya, kita adalah manusia merdeka yang tak dapat ditekan oleh masalah ini dan itu. Manusia merdeka yang seyogyanya diberikan kemampuan untuk bertahan di tengah ragam kesulitan yang mungkin pada satu waktu akan membuat banyak diri benar-benar menyerah. Mungkin benar, kita adalah manusia merdeka yang dikaruniai banyak kelebihan oleh-Nya. Karunia yang pada masanya terkadang banyak tidak dimaksimalkan. Karunia yang kemudian membuat kita merasa kehabisan berpikir padahal kita diberikan akal agar kelak setiap ikhtiar tetap menjadi maksimal ke depannya. Dan pada akhirnya, kemerdekaan kita melewati ragam ujian dan cobaan ini sudah seharusnya disyukuri dengan khidmat, bukan dirayakan dengan hal-hal yang justru bisa mengundang murka-Nya. Sebuah perjalanan yang kemudian membuat kita yakin tentang mempertahankan diri dengan berserah penuh kepada-Nya. Menyerahkan apa-apa yang menjadi titipan-Nya dan mempertahankan apa yang seharusnya dipertahankan atas diri yang tak tahu diri ini.
Ikhtiar ini mungkin tidak akan pernah sesuai dengan harapan kita. Keluar dari banyak alur rencana kita. Menjadi semacam penanda sederhana, bahwa pada hakikatnya hidup dan usia yang masih dikaruniakan-Nya kepada kita sudah seharusnya kita syukuri. Terkadang kita lebih banyak mengedepankan keluhan demi keluhan kala menyaksikan tidak ada perubahan yang berarti dalam hidup kita. Kita mengeluh dengan makanan yang kita makan. Kita mengeluh dengan pekerjaan yang kita kerjakan. Kita pun mengeluh dengan apa-apa yang kita rasakan dan inginnya merasakan apa yang dirasakan orang lain. Sementara banyak orang di luar sana terpaksa berjuang lebih untuk mendapatkan dan merasakan apa yang kita rasakan. Mereka yang bertahan dua kali lipat dari keluhan-keluhan kita ini. Mereka yang menghapus kata menyerah dalam kamusnya demi mensyukuri dan memperjuangkan apa-apa yang seharusnya diperjuangkan sampai titik paling akhir dalam perjalanan hidup mereka yang mungkin mendamba kehidupan kita.
Sekali lagi, bertahan adalah rasa syukur berkelimpahan yang kelak membuat kita kuat dalam menjalani setiap ujian dan cobaan ini. Bertahan adalah benteng paling akhir setelah daya dan upaya kita kerahkan untuk mewujudkan daulat dalam diri. Bertahan yang kemudian membuat jiwa-jiwa kita tegak dan tidak lagi tunduk kepada apa yang sudah seharusnya tidak patut kita tunduk. Sebab pada hakikatnya, jiwa-jiwa merdeka adalah jiwa yang tahu menempatkan asal muasal diri dalam penghidupan yang tak pernah semestinya memberikan ruang untuk sama-sama merefleksikan apa yang kemudian hadir di semembentang perjalanannya, kecuali kita mau mensyukurinya hingga nikmat yang terus berkelimpahan dialirkan-Nya kepada kita tetap menjadi nikmat yang membuat diri tenang.
2021