Beriman
Kita lelah, tapi iman di dada tak pernah menginginkan kita menyerah begitu saja kepada garis tipis antara ujian dan anugerah yang diselipkan-Nya. Ia hadir membasuh segala luka, perasaan kalah, hingga harapan-harapan yang berguguran di sepanjang jalan ketika meraba pada langkah ke berapa kita akan berlari kencang menyusul mereka yang sudah di depan atau berjalan perlahan sembari menginsyafi kelemahan diri dalam memahami betapa dekat Ia yang seringkali kita abaikan bahkan kita gugat keberadaan-Nya hanya karena ada rasa diperlakukan tidak adil antara kita dengan orang-orang di garis depan dengan kelimpahan nikmat yang katamu luar biasa tapi kata-Nya itu biasa-iasa saja tiada yang istimewa.
Ah, pandemi ini sudah terlalu lama menyiksa dan membebani begitu banyak pundak. Ada rasa diperlakukan tak adil, dirampas segala bentuk kebahagiaannya, atau yang merasa tidak bisa berbuat apa-apa sebab berteriak saja ia amat perlahan apatah lagi melangkah atau hadir membersamai kelindan-kelindan pengharapan mereka yang bisa keluar dari jerat pandemi yang teramat menyiksa ini. Padahal bila ujian pandemi ini kita ukur dengan kadar iman kita yang tak seberapa, yang masih sering bergejolak, yang masih maju mundur, atau seringkali futur. Kita akan menemukan betapa luas kemahakuasaan-Nya, betapa dahsyat kemahabesaran-Nya, serta betapa berlimpah nikmat, berkah serta karunia-Nya memenuhi seisi bumi meski dera derita dan ujian tak pernah bosan menyapa setiap penghuni di dalamnya dengan cara-cara yang terkesan biasa padahal ia adalah istimewa.
Iman memang bisa meneguhkan segalanya. Mengubah ragu menjadi yakin. Mengubah malas menjadi sungguh. Serta yang futur tetap hadir memberikan ikhtiar maksimalnya demi terwujudnya amal jama’i yang manfaat serta maslahatnya dapat dirasakan umat dan semesta. Sebuah gerak kebaikan meski hanya titik kecil yang ditanggalkan, tapi bilamana ia didasarkan pada keimanan utuh terhadap-Nya niscaya ia akan bernilai begitu indah serta berharga dan mungkin bisa menjadi pengantar untuk dirimu menuju jalan panjang surga-Nya. Sebab tiada pernah ada yang dinamakan kebetulan dalam semembentang perjalanan ini. Semua sudah diatur demikian indah dalam rencana-Nya. Semua sudah ada dalam satu jalan dan garis tegas-Nya. Tugas kita hanya tinggal meyakini dan tetap tunduk sujud terhadap segala ketentuan-Nya tanpa perlu protes pada apa-apa yang telah Ia tetapkan.
Kerelaan atas apa yang digariskan-Nya di sepanjang jalan hidupmu tetap akan membawamu pulang menuju rumah yang kau impikan. Tanpa kurang suatu apa bahkan tanpa ada yang dilebih-lebihkan. Semua sudah ada dalam garis edar-Nya. Kita tak perlu ragu apatah lagi memprotesnya hanya karena kata tak adil. Sebab kita adalah hamba yang dicipta untuk senantiasa beribadah kepada-Nya bukan untuk menolak garis edar dan ketentuan-Nya. Pandemi ini sudah tercatat utuh dalam Lauh Mahfudz-Nya dan tugas kita adalah menerimanya dengan hati lapang dipenuhi keimanan sembari mengikhtiarkan yang terbaik agar pada saatnya nanti kita benar-benar hadir membersamai mereka yang tersingkir, kelelahan atau apapun itu disebabkan pandemi dan pancaroba yang tak kunjung menemukan kata selesai dan akan berakhir ini.
Iman di dadamu akan mengantarkan pada jiwa-jiwa yang muthmainnah. Jiwa-jiwa tenang yang kelak kembali kepada-Nya dengan perasaan lapang bukan sempit. Mereka yang pada-Nya jalan pulang digariskan begitu indah menuju rumah tempat paling dirindu. Tempat doa ayah dan ibu takkan pernah usai membelaimu bahkan menyelamatkan dirimu dari hiruk pikuk dunia yang tak pernah selesai dikejar, sementara akhirat seringkali diabaikan. Iman yang padanya kerelaan diri atas beribu rasa syukur yang tak pernah selesai terlantun kala menikmati dan memaknai musibah panjang ini sebagai anugerah yang padanya kita tetap diberikan pelajaran tentang bagaimana seharusnya seorang hamba tetap menghamba bukan sebaliknya. Wallahu a’lam bish shawwab.
2021